Selasa, 26 Februari 2013

Erosi dan Sedimentasi



 

Secara umum dikatakan bahwa erosi dan sedimentasi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan angin atau air kemudian diikuti dengan pengendapan material yang terangkut di tempat yang lain. Bahaya erosi banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering terutam yang memiliki kemiringan lereng sekitar 15% atau lebih. Tanah kering tang rentan terhadap erosi terutama adalah tanah Podsolik Merah Kuning yang mempunya areal terluas di Indonesia, kemudian disusul oleh tanah Latosol yang kemiringan lereng agak curam sampai curam, terutama tanah-tanah yang tidak tertutup tanaman. (Suripin, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, 2004) 

Proses Terjadinya Erosi dan Sedimen
Proses erosi secara alami telah terjadi yaitu proses pelapukan batuan atau bahan induk tanah secara geologi dan alamiah. Erosi alami merupakan proses keseimbangan alam yang artinya kecepatan kerusakan tanah masih saa atau lebih kecil dari proses pembentukan tanah. Sedangkan DAS yang masuk dalam wilayah perkotaan mengalami erosi yang cukup besar dan dalam waktu yang cukup cepat. Hal ini dikarenakan, perubahan tata guna lahan yang disebabkan oleh meningkatnya kegiatan manusia di wilayah DAS tersebut. Meningkatnya kegiatan manusia dalam mengelola dan meningkatkan produktivitas tanah telah menyebabkan terjadinya pemecahan agregat-agregat tanah karena pengangkatan dan pemindahan tanah pada saat pengolahan tanah. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya laju erosi tanah yang disebut erosi dipercepat.
Penyebab utama terjadinya erosi di daerah tropis seperti Indonesia adalah air. Hal ini disebabkan oleh, daerah tropis memiliki kelembaban dan rata-rata curah hujan per tahun yang cukup tinggi. Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap, yaitu :
1.      Pelepasan butiran tanah atau paertikel tanah dari bongkah agregat tanah.
2.      Pemindahan atau pengankutan butiran tanah oleh media pengangkut, yaitu air.
3.  Pengendapan butiran tanah dimana butiran tanah tidak dapat diangkut lagi oleh media pengangkut.
 Sebagai wilayah tropis, proses erosi tanah lebih banyak disebabkan oleh air. Berdasarkan bentuknya erosi dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu:
1.      Erosi lempeng (sheet erosion), yaitu butiran-butiran diangkut lewat permukaan atas tanah oleh selapis tipis limpasan permukaan , yang dihasilkan oleh intensitas hujan yang merupakan kelebihan dari infiltrasi.
2.     Pembentukan polongan (gully), yaitu erosi lempeng terpusat pada polongan tersebut. Kecepatan airnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kecepatan limpasan permukaan tersebut diatas. Polongan tersebut cenderung menjadi lebih dalam, yang menyebabkan terjadinya longsoran-longsoran. Polongan tersebut tumbuh kearah hulu. Ini dinamakan erosi kearah belakang (backward erosion).
3.      Longsoran massa tanah yang terletak diatas batuan keras atau lapisan tanah liat; longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan panjang, yang apisan tanahnya menjadi jenuh oleh air tanah.
4.  Erosi tebing sungai, terutama terjadi pada saat banjir, yaitu tebing tersebut mengalami penggerusan air yang dapat menyebabkan longsornya tebing-tebing pada belokan-belokan sungai.
(Hidrologi Teknik, Ir. C.D Soemarto, B.I.E, DIPL.H, 1999)
 


 Upaya Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Secara umum, teknik konservasi lahan seperti pengaturan tata guna lahan dan penataan lahan pertanian dengan teras sering dan reboisasi sebagai langkah penanganan erosi dan sedimentasi. Namun teknik konservasi lahan tidak dapat terlihat hasilnya secara signifikan dalam waktu singkat, hal ini dapat mengurangi optimalisasi penganganan masalah ini, karena laju erosi dan sedimentasi umumnya lebih cepat daripada teknik konservasi lahan seperti reboisasi.

Dalam hal ini Bangunan Pengendali sedimen bukan merupakan pilihan utama dalam usaha penanggulangan erosi dan sedimentasi di suatu Daerah Aliran Sungai. Namun pembuatan Bangunan Pengendali Sedimen merupakan langkah penunjang utama dalam melakukan usaha konservasi lahan, dimana Bangunan Pengendali Sedimen dapat meminimalisasi jumlah sedimen selama proses konservasi lahan berlangsung (BBWS Serayu-Opak).